Kamis, 13 Desember 2012

Sistem Logistik Nasional



TUGAS MANDIRI
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
STMT TRISAKTI


Oleh        : R u s l a n
Nim         : 244312070

Sistem Logistik Nasional
Amburadul biaya tinggi mencekik

 PERBAIKAN kinerja sektor logistik merupakan agenda penting menurunkan biaya transportasi barang dan meningkatkan daya saing. Kinerja Logistik Indonesia masih di bawah negara tetangga di Asia. Hal ini terlihat dari Logistic Performance Index yang dipublikasikan Bank Dunia (2010) yang menempatkan kinerja sektor logistik Indonesia pada urutan 75 dari 155 negara. Posisi yang jauh di bawah dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, maupun Filipina yang memiliki kondisi geografis relatif sama dengan wialayah nusantara. Sistem logistik transportasi laut Indonesia amburadul
Dalam sistem logistik kapal laut pengembangan teknologi dan manajemen transportasi merupakan salah satu fokus pembangunan yang harus mendapat perhatian serius dari semua pihak. Hal ini bukan saja karena fakta masih terbatasnya pasokan teknologi transportasi, tetapi juga adanya kenyataan masih buruknya manajemen transportasi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Masalah ini muncul seiring bertambahnya jumlah populasi sehingga kebutuhan terhadap transportasi meningkat. Namun, hal ini tidak diantisipasi oleh para pemangku jabatan dengan kebijakan transportasi laut yang berpihak kepada rakyat, sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Perlu diingat pula, transportasi laut merupakan komponen penting bagi pencapaian tujuan pembangunan nasional masa kini dan mendatang. Berbagai studi telah menunjukkan bahwa negara-negara yang berhasil dalam pencapaian tujuan pembangunan adalah negara-negara yang memiliki sistem transportasi yang memadai dalam memenuhi kebutuhan dinamis penduduknya, vice versa.
Permasalahan mendasar dari sistem logistik tranportasi laut Indonesia adalah masih kurang memadainya sarana dan prasarana dibandingkan dengan permintaan pelayanan jasa transportasi. Penyediaan, kepemilikan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana transportasi selama ini masih didominasi Pemerintah dan BUMN, yang tarif pelayanannya cenderung di bawah harga (under priced).
Hal tersebut terjadi karena kebijakan tarif yang diambil masih lebih menekankan pertimbangan politis daripada pertimbangan finansial. Akibatnya, kinerja dan pelayanan transportasi di Indonesia pada umumnya masih sangat buruk. Hal itu diperparah dengan ketidakmampuan pendanaan pemerintah untuk melakukan pemeliharaan dan rehabilitasi terhadap aset yang sudah terbangun, serta ketidakmampuan melakukan investasi baru (underinvestment) untuk memenuhi pertambahan permintaan pelayanan, sedangkan partisipasi investor swasta masih sangat rendah. Implikasinya adalah terjadi excess demand yang dicirikan dengan overcrowded dan kemacetan transportasi.
Rendahnya investasi swasta di sektor transportasi laut terutama disebabkan masih adanya ketidakpastian dalam penetapan tarif awal atau dalam rangka penyesuaian terhadap inflasi, pajak pembelian kapal dan suku cadang. Tarif yang berlaku saat ini hampir di semua subsektor transportasi belum merefleksikan biaya.
Sementara kebijakan subsidi silang (cross-subsidy) tidak dapat menyelesaikan masalah, bahkan menambah masalah baru. Ini terjadi karena dalam pelaksanaannya tidak transparan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Kondisi tersebut cenderung menimbulkan bahaya moral (moral hazard) akibat informasi asimetris.
Tarif yang terdistorsi oleh subsidi telah memberikan sinyal keliru kepada investor swasta dan konsumen. Padahal, tarif atau harga merupakan sinyal utama bagi produsen (investor) dan konsumen dalam pengambilan keputusan investasi. Akibat tarif yang berlaku tidak relevan, mereka tidak tertarik untuk berinvestasi.
Implikasi lain dari permasalahan mendasar tersebut adalah terjadinya penurunan kualitas pelayanan sarana dan prasarana transportasi. Pertumbuhan pembangunan jaringan infrastruktur transportasi juga mengalami stagnasi, yang diindikasikan dengan hal-hal, antara lain terbatasnya kemampuan pemeliharaan prasarana dan sarana transportasi, baik secara rutin maupun berkala. Kondisi ini, mengakibatkan prasarana transportasi lebih cepat rusak jika dibandingkan dengan umur ekonomis prasarana dan sarana yang seharusnya.
Harus diakui semua pihak permasalahan sistem logistik transportasi laut nasional merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan dapat dilihat dari berbagai perspektif. Dari perspektif pengembangan teknologi dan manajemen transportasi permasalahan yang dihadapi adalah regulasi, pemanfaatan dan pengembangan teknologi, serta manajemen transportasi, untuk memenuhi kebutuhan transportasi nasional yang aman, nyaman, dan terjangkau,serta ramah lingkungan.
Masalah keselamatan, kenyamanan dan keamanan moda transportasi laut sangat terkait dengan masalah regulasi. Berbagai peristiwa kecelakaan yang memakan banyak korban jiwa, menunjukkan betapa lemahnya ketaatan terhadap sistem keamanan yang ada.
Dari perspektif teknologi dan manajemen transportasi, masalah regulasi sangat menonjol dan ditengarai sebagai faktor utama penyebab kecelakaan. Persoalan terjadi karena tidak ditaatinya peraturan yang berkaitan dengan kapasitas sarana dan prasarana, kelaikan sarana transportasi, serta ketidaksepadanan (kompatibilitas) antara teknologi dengan regulasi.
Selama ini banyak teknologi yang sudah dimiliki dan dikuasai tetapi belum dimanfaatkan serta dikembangkan sepenuhnya untuk mendukung sektor transportasi. Padahal pemanfaatan teknologi di sektor transportasi dapat membantu meningkatkan keselamatan dan menyediakan sarana transportasi yang secara ekonomis dapat menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah. Teknologi yang dapat menunjang sistem transportasi laut nasional itu antara lain Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), energi baru dan terbarukan, komponen lokal, serta informasi meteorologi dan geofisika.
Pemanfaatan TIK bagi kepentingan logistik transportasi belum optimal terlihat dari minimnya penggunaan teknologi tersebut pada sistem persinyalan jaringan ATM (Air Traffic Management) dan EDI (Electronic Data Interchange) untuk pelabuhan. Padahal TIK ini sudah berkembang dan mampu meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi laut, serta mendukung fungsi SAR (Search and Rescue).
Selain itu, kurangnya pemanfaatan informasi meteorologi dan geofisika menyebabkan banyak kecelakaan. Salah satu contohnya adalah kecelakaan laut yang dikarenakan terpaan gelombang dan angin kencang, utamanya pada sarana transportasi SDP dan pelayaran rakyat.
Masalah lain yang dihadapi sektor transportasi adalah besarnya jumlah penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai sumber energi transportasi. Data menunjukkan bahwa pada 2004 hampir separuh (48 persen) konsumsi BBM nasional digunakan sektor transportasi. Penggunaan BBM untuk pengoperasian angkutan ini menjadi beban berat bagi pengusaha. Semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan meningkatnya harga BBM di pasar dunia, penggunaan energi alternatif menjadi suatu keharusan. Selain mempunyai keuntungan ekonomis penggunaan energi alternatif non BBM juga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan.
Berkaitan dengan manajemen transportasi laut, permasalahan pertama terjadi akibat rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM yang ada belum sesuai dengan perkembangan teknologi transportasi. Kedua, dibutuhkan suatu sistem transportasi yang terintegrasi, antara manajemen dan pengaturan jaringan transportasi multimoda/antarmoda, penerapan dokumen tunggal, serta sistem tiket terpadu.
Menghapuskan pungutan-pungutan tidak resmi di pelabuhan melalui peningkatan koordinasi bagi semua instansi terkait dalam proses bongkar muat barang menjadi hal yang harus diperhatikan pemerintah dalam efisiensi logistik transportasi nasional.
Belum lagi masalah cuaca buruk yang menghambat ditribusi barang atau jasa angkutan. Pemerintah pun didesak membangun jaringan logistik bersama (logistical alliance network) untuk mencegah dampak perubahan cuaca yang mengakibatkan naiknya ongkos angkut dan berujung pada lonjakan harga barang.
Dosen Pelayaran Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Saut Gurning mengatakan perubahan cuaca menimbulkan tambahan biaya di laut, sehingga berdampak kepada kenaikan harga hingga biaya logistik kapal.
Untuk mengantisipasinya, penyedia jasa dan otoritas logistik di Indonesia diminta proaktif dengan membangun jaringan logistik bersama secara nasional guna memangkas dampak gangguan pengiriman barang tersebut. Pemerintah pusat dan daerah perlu mendorong terjadinya aliansi atau kerjasama sebagai jaring pengaman bagi distribusi barang pokok nasional bila disrupsi logistik terjadi.
Saut menjelaskan cuaca yang ekstrim menyebabkan distribusi barang antar pulau dari dan ke Jawa terhambat karena jumlah kapal yang layak laut berkurang dan jumlah pelabuhan umum maupun penyeberangan tutup. Kondisi itu mengakibatkan tambahan waktu distribusi barang mencapai 60 jam. “Itu berdasarkan pantauan kami di pelabuhan di delapan wilayah utama yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Ambon, Kupang, dan Jayapura,” tutur Saut.
Dia menjelaskan efek operasional dari cuaca buruk adalah keterlambatan waktu berangkat kapal (delay), waktu tunggu kapal yang relatif lama (deviasi), hingga keputusan melarang beroperasinya kelompok kapal tertentu.


Tugas mandiri 

Sistem Logistik Nasional 

Paparan mlri pada semnas pertanian unpad 27 09-2012 — Presentation Transcript

  • 1. SISTEM LOGISTIK NASIONAL DAN PRAKTIK BISNIS PERTANIAN INDONESIA Togar M. Simatupang & Setijadi Masyarakat Logistik dan Rantai Pasok Indonesia (MLRI) Disampaikan pada Seminar Nasional Logistik Pertanian yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Inovasi dan Kelembagaan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Padjadjaran di Jatinangor Sumedang pada tanggal 27 September 2012
  • 2. AgendaKondisi Pertanian IndonesiaSistem Logistik NasionalAnalisisRekomendasi 2
  • 3. KONDISI PERTANIAN INDONESIA 3
  • 4. PERTANIAN INDONESIA DI PERSIMPANGAN JALAN Kontribusi pertanian dalam pembangunan ekomomi (Kuznets,1964; Todaro,2000): Import tinggi Petani terpinggirkan 1. Pertanian sebagai penyerap tenaga kerja 2. Kontribusi terhadap pendapatan 3. Kontribusi dalam penyediaan pangan PERTANIAN Organisasi tani 4. Pertanian sebagai penyedia bahan baku DI PERSIMPANGAN kurang berfungsi 5. Kontribusi dalam bentuk kapital JALAN 6. Pertanian sebagai sumber devisa Infrastruktur pertanian terabaikan Akses lembaga keuangan lemah Investasi rendah Akses pasar lemahSumber: Apriyantono (2004)
  • 5. Kondisi Pertanian Indonesia  Pelaku Pertanian (Sumber Daya Insani; SDI) » Petani » Buruh tani •Belum terintegrasi menjadi kekuatan » Pengusaha Pertanian ekonomi nasional (lemahnya sistem & » Pengepul Pemerintahan) » Pedagang •Belum saling memberdayakan » Super Market (kemitraan) tetapi memperdayakan » Eksportir (eksploitatif) dengan ego sektoral » Importir •Belum ada hubungan yang adil satu » Pengusaha Saprotan dengan yang lain » Pedagang Saprotan » Pemerintah ISUE PENTING » Perguran Tinggi & Lembaga Penelitian •Moral Hazard » Perbankan •Pasar Bebas •Otonomi DaerahSumber: Apriyantono (2004)
  • 6. LEMBAGA SWADAYA PEMERINTAH MASYARAKAT PERGURUAN LEMBAGA LEMBAGA PERBANKAN TINGGI PENELITIAN PENYULUHAN PENGUSAHA PENGUSAHA AGRO- EKSPORTIR SAPROTAN PERTANIAN INDUSTRI SUPER PEDAGANG PENGEPUL MARKET SAPROTAN PETANI KONSUMEN TENGKULAK PEDAGANG PASAR BURUH TANI IMPORTIR DIAGRAM POLA INTERAKSI PELAKU PERTANIAN INDONESIASumber: Apriyantono (2004)
  • 7. PERMASALAHAN PETANI DAN PERTANIAN INDONESIA PASAR DAN TATA NIAGA INFORMASI KEPEMILIKAN LAHAN KEBIJAKAN NASIB PETANI BIROKRASI DEPTAN PETANI INDONESIA MODALORGANISASI TANI KETERAMPILAN MENTALITAS TEKNOLOGI 7 Sumber: Apriyantono (2004)
  • 8. SISTEM LOGISTIK NASIONAL 8
  • 9. Sislognas & MP3EI Misi Ekonomi Indonesia 2025 “Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur” MP3EI 1 2 Koridor Konektivitas Ekonomi Sistem Logistik Nasional Meningkatkan Meningkatkan Daya Saing Kesejahteraan IPTEK / IPTEKS INOVASI 3 Sumber: Paparan Sislognas 2012• Cetak Biru merupakan arah dan pola pengembangan Sislognas pada tingkat kebijakan makro yang dijabarkan lebih lanjut dalam RKP dan RK-Kementerian/Lembaga setiap tahunnya• Cetak Biru berperan dalam mencapai sasaran RPJMN, menunjang Implementasi MP3EI, dan 9 mewujudkan visi ekonomi Indonesia Tahun 2025
  • 10. CETAK BIRU Sistem Logistik Nasional... • Berbasis Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) PENDEKATAN • Paradigma: ship follows the UTAMA trade & ship promotes the trade • Menggunakan pendekatan 6 kunci penggerak utama logistik (six key drivers)Sumber: Sislognas (2012) 10
  • 11. Enam Penggerak Utama Sislognas Komoditas Utama (Key Commodity) Daya saing Nasional Infrastruktur Logistik Pelaku dan Penyedia Jasa Sumber Daya Manusia (SDM) Logistik Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Kesejahteran Masyarakat Harmonisasi RegulasiSumber: Sislognas (2012) 11
  • 12. Visi, Misi dan Tujuan Visi 2025 Locally Integrated, Globally Connected for National Competitiveness and Social Welfare Misi1. Memperlancar arus barang secara efektif dan efisien untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dan peningkatan daya saing produk nasional di pasar domestik, regional, dan global.2. Membangun simpul simpul logistik nasional dan konektivitasnya mulai dari pedesaan, perkotaan, antar wilayah dan antar pulau sampai dengan Pelabuhan Hub Internasional melalui kolaborasi antar pemangku kepentingan. Tujuan Memperlancar arus barang secara efektif dan efisien 1. Menurunkan biaya logistik, memperlancar arus barang dan meningkatkan pelayanan logistik sehingga meningkatkan daya saing produk nasional di pasar global dan pasar domestik. 2. Menjamin ketersediaan komoditas pokok dan strategis di seluruh wilayah Indonesia dengan harga yang terjangkau sehingga mendorong pencapaian masyarakat adil dan makmur, dan memperkokoh kedaulatan dan keutuhan NKRI; 3. Mempersiapkan diri untuk mencapai target integrasi logistik ASEAN pada tahun 2013, integrasi pasar ASEAN pada tahun 2015, dan integrasi pasar global pada tahun 2020 12Sumber: Sislognas (2012)
  • 13. Jaringan Sistem Logistik Nasional Desa Pelabuhan Hub Internasional AFRIKA Pelabuhan Hub Antar Pulau Internasional Desa Kota/ EROPA Desa Kab Desa Desa Kota/ Pelabuhan Hub Pelabuhan Hub Kab Antar Pulau Internasional Internasional Indonesia ASIA Desa Desa Kota/ Desa Kab Antar Pulau Pelabuhan Hub Internasional Pelabuhan Hub AMERIKA Desa Internasional AUSTRALIA Integrasi Jaringan Lokal dan Nasional Koneksi Jaringan Global 13Sumber: Sislognas (2012)
  • 14. Milestone Kinerja Logistik Nasional sampai 2025 14Sumber: Sislognas (2012)
  • 15. 1 DRIVER: Komoditas Penggerak Utama  Terwujudnya sistem logistik komoditas penggerak utama (key commodities) yang mampu meningkatkan daya saing produk nasional baik di pasar domestik, pasar regional maupun di pasar global  Tenjamin ketersediaan barang, kemudahan mendapatkan barang dengan harga yang terjangkau dan stabil, serta rendahnya disparitas harga antar wilayah di Indonesia  Penghela (driver) dari seluruh kegiatan logistik. Penyebaran Pusat Distribusi Regional dan Pusat Distribusi propinsi yg berfungsi sebagai cadangan penyangga nasional dan provinsi 15Sumber: Sislognas (2012)
  • 16. Jaringan Transportasi Laut sebagai Backbone Logistik Maritim Legend: Konektivitas: Pusat Distribusi Provinsi By sea / by rail By sea / by rail / by land By land / by rail / by sea Pusat Distribusi Nasional Short Sea Shipping Pelabuhan Pengumpan di setiap Kabupaten/Kota, dan Pelabuhan Pengumpul pada setiap Propinsi, Pelabuhan Utama pada beberapa pelabuhan pengumpul tertentu yang memenuhi kriteria, dan Pelabuhan Hub Internasional di Kuala Tanjung untuk Wilayah Indonesia Barat dan Bitung Untuk Wilayah Indonesia Timur 16Sumber: Sislognas (2012)
  • 17. ANALISIS 17
  • 18. 1. Komoditas Utama• Masalah komoditas pertanian dari aspek-aspek: ketersediaan, kemudahan mendapatkan dengan harga yang terjangkau dan stabil, serta disparitas harga antar wilayah di Indonesia.• Komoditas pertanian membutuhkan penanganan khusus, terutama berkaitan dengan sifat kerusakan atau membusuk (perishable). 18
  • 19. 2. Infrastruktur Logistik• Kondisi infrastruktur logistik untuk pertanian belum memadai: – Pelabuhan: Jumlah dan lokasi pelabuhan kurang mendukung untuk transportasi komoditas pertanian – Fasilitas pelabuhan: Kurangnya fasilitas untuk penanganan komoditas pertanian, seperti penyimpan dingin (cold storage)• Infrastruktur logistik pantai (short sea shipping)• Infrastruktur logistik desa (urban logistics) 19
  • 20. 3. Pelaku dan Penyedia Jasa• Penanganan komoditas pertanian membutuhkan kemampuan khusus, baik pelaku maupun penyedia jasa logistik.• Kemampuan tersebut mencakup: modal, teknologi, jejaring, manajemen logistik, penanganan produk, dan sistem informasi. 20
  • 21. 4. Ahli Logistik Pertanian• Penanganan komoditas pertanian membutuhkan manusia bersumberdaya dengan keahlian khusus.• Lembaga pendidikan dan pelatihan manajemen teknologi logistik pertanian (persediaan, transportasi, pergudangan, saprotan, budi daya, biaya logistik, kinerja logistik, dan pasar)• Lembaga sertifikasi uji kompetensi 21
  • 22. 5. Teknologi Informasi dan Komunikasi• Rantai pasok pertanian memerlukan informasi pasar, ketersediaan, cuaca, kondisi tanah, masukan, kualitas, dan transaksi.• Pengiriman komoditas pertanian membutuhkan kecepatan dan ketepatan.• Teknologi informasi dan komunikasi dibutuhkan untuk mendukung perniagaan dan kecepatan proses pengiriman komoditas pertanian.• Aplikasi komputasi awan (cloud computing) dalam pertanian cerdas (smart farming).• Kemampulacakan (trace and track). 22
  • 23. 6. Harmonisasi Regulasi• Penentuan pelabuhan impor hortikultura mempengaruhi daya saing komoditas lokal.• Peraturan keamanan pangan.• Insentif peningkatan produktivitas dan kerjasama antar pelaku• Pemanfaatan permintaan (pasar) lokal, koridor ekonomi, dan internasional• Akses energi• Pembiayaan yang efektif• Partisipasi swasta 23
  • 24. REKOMENDASI 24
  • 25. Konektivitas dan Pengembangan 6 Koridor Prioritas
  • 26. Framework for Implementation Locally Integrated and Globally Connected for National Competitiveness and Social MP3EI Wellfare SDM SDM SDM Regulasi dan Kebijakan Corridor Papua & Maluku P Infrastruktur Transportasi K Corridor Sulawesi R O Saluran Distribusi O D N S Corridor Kalimantan Grosir Distributor Pasar Ritel U S U M Corridor Bali dan Nusra Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik E N E N Corridor Jawa Infrastruktur Infomasi (TIK) Corridor Sumatra Regulasi dan Kebijakan SDM SDM SDM Program and Action Plan Ministries, Strategy, Program, and Action Province/Regency/City Plan Mid Term of National Development Plan 26Sumber: Sislognas (2012) Background Substances The challenges of implementation
  • 27. Logistik Segar: Imbal-balik Mutu ProdukPelayanan Biaya
  • 28. M4P (market for the poor) Approach (ILO, 2005) 28
  • 29. Analisis ProsesSender ReceiverPetani Konsumen 29
  • 30. Usulan Logistik Pertanian• Perubahan pola pikir individual menjadi berpikir rantai pasokan pertanian mulai dari hulu sampai hilir termasuk dinamika dan keberlanjutannya.• Pertanian memberikan konten terhadap pengembangan koridor ekonomi: – Pemenuhan pangan dan gizi komunitas lokal baik pasar terstruktur maupun tradisional. – Pendorong ekspor untuk produk unggulan – Pendorong terjadinya investasi langsung• Pengembangan logistik pertanian berkelanjutan: planet (aliran barang yang mempertimbangkan aliran energi dan zat), people (sistem teknis yang mempertimbangkan kelembagaan dan manajemen pengetahuan), dan profit (keterpaduan untuk memperbaiki hubungan, pengurangan biaya, dan peningkatan mutu).• Logistik pertanian terpadu mulai dari budi daya sampai pasar dengan mutu yang lebih baik.• Pengembangan sistem manajemen keamanan pangan, sistem pelacakan dari kebun sampai pasar, dan taman agro.• Penelitian dan pengembangan teknologi penyimpanan dan pemrosesan, misalnya sistem penyimpanan dingin.• Pemberian insentif inovasi logistik kepada para pelaku.• Pengembangan bank pertanian dan pasar komoditas.• Pembentukan Kementrian Budidaya dan Industri Pertanian yang mencakup logistik terpadu.
  • 31. TERIMA KASIH 31
  • 32. Referensi• Apriyantono, A. (2004), “Pembangunan Pertanian di Indonesia”, Kementrian Pertanian RI.• Peraturan Presiden No. 12 tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional. 32